konten 1
konten 2
konten 3

Tuesday 12 June 2012

Pengrajin Batik Tulis Sidoarjo

Oleh: Agnes Swetta Pandia
Sidoarjo tidak hanya terkenal dengan sentra kerupuk udang, tas, dan koper. Kabupaten ini juga memiliki produk unggulan sentra batik tulis sebagai cikal bakal seluruh batik tulis di Jawa Timur.
Sebagai perajin batik, Yasid (57) mengungkapkan, batik tulis karya perajin di Kampoeng Batik Jetis, Kelurahan Lemahputro, adalah batik tulis corak Madura. Awalnya dibuat oleh perajin di Jetis. "Warna dan corak Madura begitu kental karena konsumen batik tulis Jetis hampir 80 persen orang Madura," katanya.
Awalnya, sekitar tahun 1975, membatik dilakukan di Jetis, tetapi belakangan hanya proses pewarnaannya. Sedangkan pembuatan corak dan melukis pada kain dilakukan perajin di Tulangan, Kepatihan, dan Kenongo. "Pembatik menggarap di rumah masing-masing, sedangkan corak dibuat sesuai pesanan atau ide murni pembatik," kata Yasid.
Hal senada juga diungkap Zainal Afandi (47) bahwa selama ini batik dari Jetis dipasarkan melalui Pasar Pabean di Surabaya. "Pemasaran ini memang memudahkan perajin lain untuk meniru corak. Tak jarang produk belum beredar di pasaran, corak serupa sudah muncul," kata Zainal.
Kendati perajin batik tulis juga muncul di hampir semua kabupaten di Jatim, pengusaha batik tulis Jetis tetap bertahan. Mereka tetap memproduksi kain batik dengan corak dan warna sesuai selera konsumen di Pulau Madura. "Dari segi warna, banyak konsumen menganggap batik buatan Jetis justru meniru hasil karya pembatik Madura, padahal justru sebaliknya, batik yang beredar di Madura karya perajin Jetis," kata Zainal.
Perajin dan pengusaha batik di Jetis umumnya membuat kain batik tulis berupa kain panjang atau sewek dan sarung. Bahan baku kain pun didominasi katun sehingga harga jual antara Rp 150.000 - Rp 2,5 juta per lembar sesuai kerumitan corak.
Corak kain batik asal Jetis didominasi flora dan fauna khas Sidoarjo yang memiliki warna-warna cerah, merah, hijau, kuning, dan hitam. Keunggulan batik tulis Jetis justru pada warna yang menyolok, bukan pada coraknya. Bahkan ketika perajin menawarkan batik tulis dengan warna lembut, pasar kurang merespons.
Kegigihan pengusaha dan perajin di Kampoeng Batik Jetis memotivasi Bupati Sidoarjo untuk meresmikan kawasan itu menjadi "Kampoeng Batik Jetis". Kawasan itu kini menjadi salah satu tujuan wisata langsung ke sentra produksi.
Menurut Yasid, setiap bulan sedikitnya 800 lembar kain batik diproduksi untuk memenuhi pesanan pedagang di Surabaya. Bahkan sejak tahun 2007, pesanan dari berbagai perusahaan dan instansi terus meningkat. "Konsumen pun semakin banyak yang langsung belanja di kawasan sentra batik tulis ini," kata pemilik usaha batik tulis "Rachmad".
Kampoeng Batik Jetis kini terus berbenah, terutama untuk menghasilkan corak batik sesuai selara pasar. Tingginya permintaan kain batik untuk dijadikan busana dengan berbagai model, memotivasi perajin untuk terus meluncurkan corak baru.
Perajin pun terus mengembangkan kreasinya dengan tidak hanya menjual kain batik tulis, tetapi sudah berupa kemeja siap pakai. Kreativitas lain ditampilkan dengan memproduksi sepatu dan sandal dengan bahan kain batik tulis, termasuk tas dan pernak-pernik lain. Kreativitas perajin benar-benar diuji agar mampu menguasai pasar lokal dari serbuan tekstil impor bercorak batik.

Sumber:  http://nasional.kompas.com/read/2008/12/25/01040718/batik.tulis.yang.makin.variatif

2 comments:

  1. Lokasinya di pusat kota, gampang carinya. Cari stasiun kota Sidoarjo, kalau sudah ketemu, Anda ada di Jalan Diponegoro, ini jalan one way. Dari depan stasiun Sidoarjo ini, tengok kanan dah. Nah Gapura dengan motif batik lalu ada ornamen Canting batik sudah terlihat. Masuk saja gang itu, Anda sudah masuk kampung Jetis Sidoarjo. Akses lainnya dari Jalan Gajahmada Sidoarjo, ada Matahari, nah Anda lewat jalan kecil belakang SUN ini, lewati pasar rakyat, nyebrang kali Kuthuk, nanti juga tembus Jetis.

    ReplyDelete
  2. Tidak ada nomer telpon yang bisa dihubungi?

    ReplyDelete