Batik di Indonesia memang selalu mengalami perkembangan yang
cukup signifikan. Pada awalnya hanya terdapat batik tulis yang
dikerjakan oleh para pengrajin wanita menggunakan canting. Sekitar
pertengahan abad ke-19, “canting cap” (biasanya disebut hanya“cap” saja)
mulai dikembangkan. Teknik ini merupakan teknik batik asli yang
menggunakan bahan baku lilin dan pewarnaan yang meresap diseluruh
lapisan kain sehingga warna tidak cepat pudar atau luntur, sedangkan
teknik sablon tidak menggunakan bahan baku lilin hanya pewarnaan saja
yang ditonjolkan sedangkan warna tidak meresap ke seluruh lapisan hanya
dipermukaan kain saja dan kecenderungan warna dapat cepat pudar atau
luntur. Dapat dibedakan antara
batik tulis, canting cap dengan sablon, jika sablon warna batik hanya
dipermukaan saja sedangkan warna dibelakangnya tidak sama terkesan
polos, hal inilah karena warna hanya menempel dikain saja tidak meresap
diseluruh lapisan kain. Canting cap merupakan sebuah alat berbentuk semacam stempel besar yang telah digambar pola batik. Pada umumnya pola pada canting cap ini dibentuk dari bahan dasar tembaga, tetapi ada pula yang dikombinasikan dengan besi. Dari jenis produksi batik cap ini, pembatik bisa menghemat tenaga, dan tak perlu menggambar pola atau desain di atas kain. Batik cap juga mengalami pekembangan, dengan dikenalnya cap kayu. Cap yang terbuat dari kayu ini lebih ekonomis dan lebih mudah pembuatannnya. Pola pada kayu diukir dan dibentuk seperti stempel sama halnya dengan cap tembaga. Batik menggunakan cap kayu ini dapat dibedakan dari cap tembaga karena kayu tidak menghantarkan panas sebaik tembaga sehingga malam (lilin) yang menempel pada kayu lebih tipis, dan hasil pengecapannya yang terbentukpun memiliki kekhasan tersendiri, biasanya terdapat sedikit warna yang meresap pada batik karena lilin yang menempel terlalu tipis, sehingga terlihat gradasi warna pada pola antara pinggir motif dan tengahnya. |
Tuesday, 5 June 2012
Batik Canting Cap
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment