Kampung Trusmi adalah pusat industri batik dan wisata kuliner
Cirebon terpelihara. Tidak hanya wisatawan lokal yang datang ke kampung
ini, tetapi pelancong dari mancanegara seperti
Jepang,
Amerika, dan
Australia.
Kampung Trusmi terletak di
Kecamatan Plered,
Kabupaten Cirebon, yaitu sekitar 4 km dari
Kota Cirebon kearah barat menuju
Kota Bandung.
Di desa Trusmi dan sekitarnya terdapat lebih dari 3000 tenaga kerja
atau pengrajin batik. Tenaga kerja batik tersebut berasal dari beberapa
daerah yang ada di sekitar desa Trusmi, seperti dari desa Gamel,
Kaliwulu, Wotgali dan Kalitengah
Sejarah
Kisah membatik desa Trusmi berawal dari peranan Ki Gede Trusmi
[rujukan?]. Salah seorang pengikut setia
Sunan Gunung Jati ini mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan
Islam.
Sampai sekarang, makam Ki Gede masih terawat baik, setiap tahun
dilakukan upacara cukup khidmat, upacara Ganti Welit (atap rumput) dan
Ganti Sirap setiap empat tahun. Disepanjang jalan utama yang berjarak
1,5 km dari desa Trusmi sampai Panembahan, saat ini banyak kita jumpai
puluhan showroom batik. Berbagai papan nama showroom nampak berjejer
menghiasi setiap bangunan yang ada di tepi jalan. Munculnya berbagai
showroom ini tak lepas dari tingginya minat masyarakat terutama dari
luar kota terhadap batik Cirebon
Batik Trusmi
Batik Trusmi berhasil menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional.
Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, namun juga
sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini
dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan
dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini
muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga sekarang
masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi diantaranya
seperti Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung,
Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten,
Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo dan lain-lain
No comments:
Post a Comment