konten 1
konten 2
konten 3

Tuesday 5 June 2012

Jelang Lebaran, Permintaan Batik Pekalongan Naik Tajam



PEKALONGAN, SELASA — Permintaan batik pekalongan menjelang Hari Raya Idul Fitri ini meningkat hingga lebih dari 50 persen. Peningkatan permintaan ini menjadi tanda kembali bangkitnya kerajinan dan industri batik di Pekalongan.
Petugas administrasi Batik Pesisir, Wiwid, Selasa (19/8), mengatakan, pada hari-hari biasa permintaan kain batik sekitar 1.000 lembar per bulan. Namun, sejak sebulan lalu permintaan menjadi 1.500 lembar per bulan. Permintaan batik bervariasi dari panjang 1,15 meter hingga 2,7 meter dengan lebar 2 meter.
Permintaan kain batik terutama didominasi oleh perusahaan-perusahaan pemilik merek. Menjelang Lebaran, mereka berusaha menambah stok. Pasalnya, masyarakat dipastikan akan membeli baju baru untuk Lebaran atau memberi bingkisan.
Peningkatan permintaan kain batik kepada perajin dan kalangan industri dirasakan pula dampaknya oleh perajin kain tenun skala rumah tangga menggunakan alat tenun bukan mesin. Kain tenun habis dipesan oleh perajin batik yang berusaha mengamankan stok bahan baku.
Muhammad Yahya (40), perajin kain tenun di Kelurahan Sapuro, Kecamatan Pekalongan Barat, mengatakan, biasanya stok produksi sebanyak 1.000 meter akan habis dalam waktu satu bulan. Menjelang Lebaran ini kain tenun akan langsung habis begitu selesai dibuat. "Karena kerajinan tenun ini tidak menggunakan mesin, produksi tidak bisa ditingkatkan sesuai permintaan," kata Yahya.
Pemilik Batik Pesisir H A Failasuf mengatakan, dalam dua tahun terakhir, kerajinan dan industri kain batik di Pekalongan kembali bergairah. "Batik tak lagi menjadi ciri khas pakaian orang-orang tua dengan model tradisional. Kini, batik menjadi pakaian semua kalangan. Ini yang menjadi salah satu penyebab peningkatan permintaan kain dan pakaian batik," kata Failasuf.
Kain batik menjadi ikon Pekalongan sejak penjajahan Belanda. Saat krisis moneter, perbatikan Pekalongan meredup karena masyarakat masih memprioritaskan kebutuhan makan. Bisnis batik kembali bergairah setelah pemerintah menetapkan batik sebagai pakaian nasional.

Agustinus Handoko  (sumber:KOMPAS)

No comments:

Post a Comment