konten 1
konten 2
konten 3

Tuesday 12 June 2012

Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen Setelah 274 Tahun

MENJELANG hari raya Lebaran, bahkan jauh hari sebelumnya, seperti tahun yang sudah-sudah, pasar ini akan diserbu warga Jakarta dan sekitarnya. Tak sedikit pula warga dari luar Jakarta, bahkan dari luar Jawa yang memborong pakaian dari sini untuk kemudian dijual di daerah mereka. Sebagai pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara, pasar ini kini menjadi pusat grosir tekstil, pakaian jadi, dan batik produksi dalam negeri. Pasar itu tak lain adalah Pasar Tanah Abang.

Sangat boleh jadi tak ada yang menyadari bahwa di bulan Agustus ini pasar tersebut genap berusia 274 tahun. Adalah Justinus Vinck, tuan tanah yang pada 1733 membeli Tanah Abang dan membuat pasar di sana. Sebenarnya, Vinck tak hanya mendirikan pasar di Tanah Abang tapi juga di tanahnya yang lain, Senen, secara bersamaan pada 1735. Vinck juga membuka jalan untuk menghubungkan kedua pasar ini, yaitu Jalan Prapatan  dan Kampung Lima (Jalan Wahid Hasyim).

Pasar di Weltevreden (Senen) semula hanya diizinkan buka pada hari Senin saja sedang untuk Tanah Abang hari Sabtu.  Pada 1751, izin buka Tanah Abang ditambah hari Rabu sedangkan Pasar Senen hari Jumat. Pedagang di kedua pasar menjajakan dagangan di bangunan bambu beratap rumbia.

Dalam perjalanannya, kedua pasar ini bernasib hampir sama, hangus oleh api. Hanya saja, penyebabnya berbeda. Pasar Tanah Abang jadi korban kerusuhan 1740 - di mana orang China dibantai. Pasar ini kemudian dirusak dan dibakar. Sementara itu Pasar Senen, di masa kini pasar itu ada di pinggir Jalan Senen Raya, dilalap api pada 1826.

Pasar Tanah Abang kemudian dibangun kembali karena kawasan ini sangat menjanjikan untuk perekonomian. Orang Tionghoa membuka berbagai perkebunan di sini, seperti kebun jahe, kebun sirih, kebun kacang, dll. Pabrik arak pun berkembang di sini. Di Pasar Tanah Abang inilah pasar kambing juga berada dan menjadi salah satu ciri khas kawasan ini.

Sekian ratus tahun kemudian Pasar Senen, beserta kawasan di sekitarnya pernah berkembang tak hanya dari sisi ekonomi tapi juga hiburan - khususnya dengan berdirinya Proyek Senen. Perlahan kilau pasar dan kawasan ini meredup  seiring dengan citra premanisme yang makin melekat. Di tahun ke 274, Pasar Senen  tak lagi bergigi, sementara Pasar Tanah Abang tetap perkasa - keberangasan kawasan Tanah Abang tak mampu menaklukkan pasar tekstil itu.

WARTA KOTA Pradaningrum Mijarto

Sumber: http://www1.kompas.com/readkotatua/xml/2009/09/01/09162045/Pasar.Tanah.Abang.dan.Pasar.Senen.Setelah.274.Tahun

No comments:

Post a Comment